Tuesday, 23 April 2013

Riwayat pertemuan dua Lautan (1)

 
Alkisah Alexander Agung sengaja pergi ke tempat pertemuan dua lautan untuk mereguk air lautnya, ia mempercayai petuah Plato, "barang siapa yang mereguk air kehidupan (air pertemuan dua lautan) ia tidak akan mati".

Plato sendiri sendiri telah sampai ke tempat tersebut dan meminum air lautnya, ia hingga kini tetap hidup di sebuah gunung yang disebut Dravenda, setidaknya itulah keyakinan para Platonis. Aristoteles yang merupakan punggawa murid Plato adalah guru Alexander Agung, Aristoteles menyertai Alexander Agung dalam pengembaraannya menuju pertemuan dua laut tersebut, dalam pengembaraan itu, ketika mereka melintasi bumi kegelapan.

Aristoteles memilih sikap terus berjalan, ia hanya diikuti oleh segelintir pasukan, mayoritas pasukan memilih mendirikan tenda besar di sebuah tempat yang bernama Tsabat, di tempat ini dapat dilihat matahari menampakkan sinarnya takala terbit.

Khidir as juga ada di antara pengikut kembara Alexander Agung itu, mereka tidak tahu sudah berapa jarak yang telah mereka tempuh, sudah berapa hari yang telah mereka lewati dalam pengembaraan tersebut, tiba-tiba mereka merasa telah berada di tepi laut, dengan sigap sebagian dari mereka turun ke laut mereguk airnya, tidak sedikit dari rombongan yang putus asa dan memilih tidak ikut melanjutkan pengembaraan, mereka memutuskan untuk tetap di markas persinggahan.

Sejatinya mereka telah sampai pada tempat yang mereka tuju (pertemuan dua laut) akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa tempat itu adalah pertemuan dua laut, mereka pun tidak turun ke pantainya dan mereguk airnya.

Padahal Khidir as sudah mengisyaratkan kepada mereka dengan menyembelih seekor burung dan mengikatnya dipergelangan tangannya, ia lalu pergi ke tepian laut tersebut burung itu ia benamkan ke air laut tiba-tiba hidup kembali seperti sedia kala.

Khidir as lalu melepaskan burung tersebut, ia sendiri lalu mandi dan berenang serta mereguk air tersebut, semua orang melihat apa yang diperagakan Khidir itu namun tidak ada satupun menangkap isyarat yang ia berikan kepada mereka.

Khidir as juga tidak memberitahukan hal tersebut kepada Alexander Agung namun Plato sangat jeli menangkap pesan tersirat yang diperagakan Khidir as. Plato dari lubuk hatinya yang paling dalam mengakui Khidirlah yang beruntung dalam pengembaraan itu.

Plato berguru kepada Khidir hingga ajal menjemputnya, sedang Alexader ia hanya bisa belajar ilmu Khidir dari apa yang diajarkan Plato kepada dirinya. Ketahuilah, sejatinya 'Ain al Hayah (air kehidupan) itu adalah hakekat inti (dzat) dari segala yang wujud.

Pahami isyarat ini agar anda dapat memecahkan rumus ibarat, jangan memaknai hakekat sesuatu dengan pandangan kasat mata anda, pahami sesuatu dengan lanskap pandangan kesejatian diri anda, atau jangan memahami hakekat sesuatu sebelum anda memahami kesejatian diri anda agar anda bisa menggapai maqom sebagaimana pesan yang digambarkan, "Mereka itu tetap hidup disisi Tuhannya dengan perolehan Rizqi".

Sejalan dengan perjalanan waktu, anda akan diperkenankan berjalan dan bergabung dengan kelompok yang lebih dahulu bersua dengan Khidir as dan Musa as serta anda akan terjauhkan dari Alexander Agung dan kegelapan siang bolongnya.

No comments:

Post a Comment